Senin, 05 Maret 2012

Bentuk Sperma Seperti Apa yang Abnormal?

img
(Foto: thinkstock)
 
Jakarta, Salah satu masalah kesuburan yang dialami oleh pasangan diakibatkan oleh tidak normalnya bentuk sperma yang dimiliki. Sebenarnya bentuk sperma seperti apa yang disebut tidak normal?

Morfologi (ukuran dan bentuk) dari sperma merupakan analisis standar dalam pemeriksaan kesuburan bagi laki-laki yang bisa dilihat di bawah mikroskop. Hal ini karena cacat yang dimiliki oleh sperma bisa mempengaruhi kemampuannya untuk mencapai dan menembus sel telur.

Sperma yang normal memiliki bentuk kepala oval dengan ekor yang panjang. Tapi jika sperma abnormal akan terlihat kecacatan di kepala atau ekor seperti bentuk kepala yang besar, ekor yang bengkok atau bercabang, seperti dikutip dari Mayo Clinic, Kamis (26/1/2012).

Beberapa hal diketahui bisa menjadi penyebab umum bentuk sperma yang abnormal baik yang bersifat sementara atau tidak yaitu:

  1. Pembesaran pembuluh darah di dalam skrotum (varicocele)
  2. Demam yang tinggi
  3. Penggunaan obat-obatan terlarang tertentu
  4. Infeksi

Selain bentuk sperma, analisis juga memeriksa kemampuannya untuk bergerak (motilitas) serta jumlah sperma yang ada (sperm count). Hal ini karena masalah motilitas dan jumlah sperma yang rendah biasanya terjadi bersamaan dengan bentuk sperma yang abnormal.

Jika diketahui ada masalah pada sperma maka dokter akan melakukan pengobatan untuk memperbaikinya. Analisis berikutnya akan dilakukan setelah 4-6 minggu setelahnya untuk melihat apakah kualitas sperma sudah membaik atau tidak.

Jika seseorang diketahui memiliki bentuk spermanya abnormal, tapi masalah motilitas dan jumlahnya tidak terlalu mengganggu, kehamilan masih bisa dilakukan. Namun kehamilan ini tidak bisa terjadi dalam waktu cepat, beberapa pasangan membutuhkan waktu 1 tahun atau lebih.

Meski begitu jika pasangan tidak bisa hamil melalui hubungan seksual yang normal, maka teknologi reproduksi bantuan seperti in vitro fertilization bisa menjadi pilihan.

(ver/ir)

Bersumber dari :  Vera Farah Bararah - detikHealth

Tidak ada komentar:

Posting Komentar